Abstract
Belt and Road Initiative (BRI) merupakan inisiatif kerja sama yang ditawarkanRepublik Rakyat Tiongkok (RRT) di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping ke
puluhan negara di dalam kawasan Indo-Asia-Pasifik. BRI menawarkan
“liberalisme ala RRT” atau dalam batasan tertentu disebut sebagai
developmentalisme, yang dilandaskan oleh investment-driven ecnomic growth dan
infrastructure boom. Sedangkan BRI sendiri juga merupakan sebuah frasa
geoekonomi, yang menunjukkan kepentingan geopolitik RRT dalam menguasai
setidaknya 45% dari perekonomian dunia yang potensinya ada di sepanjang Sabuk
Ekonomi Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim. Penelitian eksplanatori ini mencoba
mendalami lebih lanjut mengenai strategi raya/grand strategy yang diusung oleh
RRT tersebut dalam sebuah transformasi dari era kepemimpinan terdahulu mulai
Mao Tse-Tung, Deng Xiaoping, Hu Jintao, hingga Xi Jinping. Kemudian BRI
mengalami ekspansi, ketika investasi RRT di bidang infrastruktur semakin meluas
ke seluruh penjuru Indo-Asia-Pasifik. Penelitian kualitatif ini kemudian juga
menyebutkan mengenai turunnya peran Amerika Serikat (AS) dalam dunia
internasional di bawah kepemimpinan Donald Trump sehingga menjadi sebuah
peluang yang strategis bagi RRT untuk menyusul AS sehingga tidak lagi menjadi
satu-satunya hegemoni dunia. Sehingga di akhir, penulis menyimpulkan bahwa
tesis terbukti ketika RRT mencoba mengenalkan developmentalisme sebagai
tatanan tandingan dari liberalisme yang selama ini diusung oleh AS
Date of Award | 7 Mar 2020 |
---|---|
Original language | Indonesian |
Awarding Institution |
|
Supervisor | I. Gede Wahyu Wicaksana (Supervisor) & Vinsensio Dugis (Supervisor) |
Keywords
- Belt and Road Initiative
- Grand Strategy
- Tiongkok
- Developmentalisme
- Indo-Asia-Pasifik