Abstract
Buku ini bermula dari ketertarikan kami terhadap isu-isu kebangkitan
Tiongkok yang menjadi pembahasan hangat di antara para sarjana
Hubungan Internasional. Tiongkok memiliki potensi ekonomi yang sangat besar mengingat manpower yang dimiliki Beijing secara kuantitas dan kualitas mampu melakukan ekspansi besar-besaran ke seantero dunia. Bukan mustahil bagi Tiongkok meraih bonus demografi dalam satu dekade ke depan dan akan menyalip Amerika Serikat menjadi negara dengan GDP terbesar di dunia.
Buku ini hadir untuk menunjukkan evolusi BRI sebagai suatu polarisasi baru dalam regionalisme dan kerja sama ekonomi dalam lingkup Indo-Pasifik. Tiongkok berhasil menunjukkan kepemimpinan regional melalui Belt and Road Forum dan mempromosikan gagasan OBOR di antara negara-negara dalam sebuah cakupan pengaruh yang luas, dan menjadi fenomena menarik untuk ditelaah untuk menjawab tantangan
BRI sebagai grand strategy Tiongkok melalui developmentalisme dapat berekspansi menjadi tatanan tandingan liberalisme AS.
Kendali kini berada di Beijing. Di era kepemimpinan Presiden Xi Jinping yang begitu kuat karena telah dilantik sebagai Presiden Seumur Hidup oleh Partai Komunis Tiongkok, ide ini lantas ditranslasikan dalam bentuk grand strategy “Belt and Road Initiative” (BRI), suatu inisiatif kerja sama yang
menawarkan pendekatan “liberalisme a la Tiongkok” atau dalam kata lain “developmentalisme” yang menawarkan dua kata kunci: investasi dan infrastruktur. BRI disokong dengan keberadaan Asia Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang menawarkan kontrak dengan syarat lebih ringan.
Tiongkok yang menjadi pembahasan hangat di antara para sarjana
Hubungan Internasional. Tiongkok memiliki potensi ekonomi yang sangat besar mengingat manpower yang dimiliki Beijing secara kuantitas dan kualitas mampu melakukan ekspansi besar-besaran ke seantero dunia. Bukan mustahil bagi Tiongkok meraih bonus demografi dalam satu dekade ke depan dan akan menyalip Amerika Serikat menjadi negara dengan GDP terbesar di dunia.
Buku ini hadir untuk menunjukkan evolusi BRI sebagai suatu polarisasi baru dalam regionalisme dan kerja sama ekonomi dalam lingkup Indo-Pasifik. Tiongkok berhasil menunjukkan kepemimpinan regional melalui Belt and Road Forum dan mempromosikan gagasan OBOR di antara negara-negara dalam sebuah cakupan pengaruh yang luas, dan menjadi fenomena menarik untuk ditelaah untuk menjawab tantangan
BRI sebagai grand strategy Tiongkok melalui developmentalisme dapat berekspansi menjadi tatanan tandingan liberalisme AS.
Kendali kini berada di Beijing. Di era kepemimpinan Presiden Xi Jinping yang begitu kuat karena telah dilantik sebagai Presiden Seumur Hidup oleh Partai Komunis Tiongkok, ide ini lantas ditranslasikan dalam bentuk grand strategy “Belt and Road Initiative” (BRI), suatu inisiatif kerja sama yang
menawarkan pendekatan “liberalisme a la Tiongkok” atau dalam kata lain “developmentalisme” yang menawarkan dua kata kunci: investasi dan infrastruktur. BRI disokong dengan keberadaan Asia Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang menawarkan kontrak dengan syarat lebih ringan.
| Translated title of the contribution | Belt and Road Initiative: Escalation of US-China Rivalry |
|---|---|
| Original language | Indonesian |
| Place of Publication | Surabaya |
| Publisher | Airlangga University Press |
| Volume | 1 |
| Edition | 1 |
| ISBN (Print) | 978-602-473-869-3 |
| Publication status | Published - 2022 |
